Jatuhnya SSJ-100 Karena Human Error
Liputan6.com, Moskow: Kecelakaan
pesawat Sukhoi Superjet-100 (SSJ-100) di Indonesia menarik perhatian
para ahli asal Rusia untuk meneliti penyebabnya. Mereka memperkirakan
bahwa penyebab jatuhnya pesawat yang diandalkan itu merupakan Human
Error atau kesalahan pada manusia.
Seperti dilansir media online RussiaToday,
Jumat (11/5), tampaknya pesawat tersebut menabrak lereng gunung dan
puing-puingnya berhamburan jatuh ke lereng bukit berhutan. Menurut data
awal, kecelakaan terjadi selama penerbangan terkendali. Itu berarti
kesalahan datang dari manusia dan bukan kegagalan teknis. Dugaan awal penyebab kecelakaan tersebut diperkirakan akibat kru tak melihat gunung yang tertutup kabut, atau pilot mengabaikan alat penghasil data yang seharusnya telah memperingatkan para kru tentang bahaya agar segera meningkatkan ketinggian pesawat.
Selain itu muncul spekulasi lain dari para ahli tersebut yang memperkirakan bahwa kecelakaan disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah kurangnya pengetahuan kru pesawat mengenai jalur medan yang dilewati dan penerbangan melalui pegunungan, meskipun kru dipimpin oleh pilot berpengalaman Alexander Yablontsev. Faktor lainnya diperkirakan akibat kesalahpahaman yang mungkin terjadi antara kru dan pengawas lalu lintas udara.
Seperti dilaporkan sebelumnya, pengendali lalu lintas udara mulai kehilangan kontak dengan pesawat usai pilot diminta turun dari 10 ribu kaki ke ketinggian 6.000 kaki. Pakar penerbangan menduga bahwa pilot menafsirkan informasi tersebut sebagai perintah, padahal pengendali di darat tidak bisa benar-benar mengontrol penerbangan di pegunungan. Jadi kru yang menerbangkan pesawat disarankan untuk turun dengan kebijakannya sendiri, melihat situasi dan kondisi yang ada.
Para ahli juga berspekulasi bahwa satu-satunya alasan kru melakukan penerbangan ke pegunungan untuk menampilkan kemampuan pesawat tersebut kepada calon pembeli potensial dan wartawan lokal yang berada di dalamnya.
Sementara pengamat lain mengatakan bahwa kru standar tidak akan pernah mengambil risiko seperti itu, apalagi yang dipimpin Yablontsev, salah seorang pilot yang menerbangkan SSJ-100 pada uji coba dan menyelesaikan misi perdananya dengan sangat baik. Meski demikian, kebenaran berita tersebut belum dapat dikonfirmasi, apalagi black box pada pesawat tersebut belum dapat ditemukan akibat sulitnya menjangkau medan.
SSJ-100 merupakan superjet ketiga yang telah beroperasi. Penerbangan perdananya berlangsung pada 25 Juli 2009 silam dan telah melakukan penerbangan sebanyak 500 kali sejak penerbangan perdananya. Dengan total penerbangan sekitar 800 jam terbang.
Para ahli Sukhoi mengatakan bahwa tak ada masalah dengan pesawat, meskipun pada sebuah blog terkait sempat disampaikan bahwa terdapat masalah pada awal tahap perakitan SSJ-100. Ironisnya, SSJ-100 yang dipromosikan di pasar Indonesia sebagai pesawat dengan keandalan tinggi. Padahal menurut sumber di industri penerbangan Rusia, SSJ-100 dibanggakan karena salah satu dari dua pesawat An-148 yang dibuat khusus untuk Myanmar jatuh selama penerbangan uji coba sebelum diserahkan pada Myanmar tahun lalu.
Beberapa pejabat United Aircraft Corporation telah mencoba untuk mempromosikan SSJ sebagai model pesawat yang jauh lebih dapat diandalkan dari An-148. Kabarnya hal itu pula yang menjadi salah satu faktor bahwa Rusia mencoba mempromosikannya di Indonesia.
Reruntuhan SSJ-100 yang hilang selama promosi di Indonesia telah ditemukan pada Kamis di Gunung Salak, sebuah gunung berapi aktif di Jawa Barat. [baca: Pesawat Sukhoi Ditemukan Hancur ] Pesawat itu dilaporkan menabrak lereng terjal gunung tersebut. Terdapat 45 orang di dalam pesawat, termasuk delapan orang anggota berkebangsaan Rusia dan perwakilan dari perusahaan Sukhoi. Menurut kabar yang beredar, anggota kru dan penumpang Sukhoi Superjet 100 telah diasuransikan sebesar USD $ 300 juta.(TNT/MEL)
SUMBER : WWW.LIPUTAN6.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar