REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Pengamat terorisme Al Chaidar menilai,
kegiatan keagamaan sekolah tidak menjadi media bagi terorisme untuk
melakukan kaderisasi. Memang ada kemungkinan hal itu terjadi, namun itu
sangat kecil.
‘’Yang bisa masuk lewat rohis itu hanya KW 9, Abu Toto saja. Sementara kelompok teroris lain tidak ada yang masuk lewat situ,’’ katanya ketika dihubungi, Senin (17/9).
Ia menambahkan, yang mungkin terjadi yaitu, penelitian Bambang Pranowo dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terlalu gegabah mengambil kesimpulan. Alasannya, penelitian tersebut terlalu umum dalam melihat kecenderungan kaum muda terhadap gerakan radikal.
Yaitu, kecenderungan untuk menyamaratakan jalur apa yang dipakai teroris dalam melakukan rekrutmen. Padahal organisasi keagamaan sekolah itu tidak masuk dalam jaringan yang digunakan teroris.
Menurutnya, tidak semua gerakan organisasi itu memiliki kaitan dengan terorisme."Jadi menurut saya memang itu tidak ada, rohis itu. Boleh dikatakan tidak ada hubungannya,’’ tambah dia.
‘’Yang bisa masuk lewat rohis itu hanya KW 9, Abu Toto saja. Sementara kelompok teroris lain tidak ada yang masuk lewat situ,’’ katanya ketika dihubungi, Senin (17/9).
Ia menambahkan, yang mungkin terjadi yaitu, penelitian Bambang Pranowo dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terlalu gegabah mengambil kesimpulan. Alasannya, penelitian tersebut terlalu umum dalam melihat kecenderungan kaum muda terhadap gerakan radikal.
Yaitu, kecenderungan untuk menyamaratakan jalur apa yang dipakai teroris dalam melakukan rekrutmen. Padahal organisasi keagamaan sekolah itu tidak masuk dalam jaringan yang digunakan teroris.
Menurutnya, tidak semua gerakan organisasi itu memiliki kaitan dengan terorisme."Jadi menurut saya memang itu tidak ada, rohis itu. Boleh dikatakan tidak ada hubungannya,’’ tambah dia.
Redaktur: Hafidz Muftisany
Reporter: Mansyur Faqih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar