Wanted . . . .

Total Tayangan Halaman

Minggu, 12 Februari 2012

ORANG DAYAK MENCARI GARA GARA

Kedatangan Delegasi Front Pembela Islam (FPI) yang berjumlah empat anggota FPI ke Palangkaraya, Sabtu, 11/02/2012, dengan menggunakan pesawat Sriwijaya dari Jakarta, dihadang sekitar 800 orang dari Suku Dayak di Bandara Udara Cilik Riwut Palangkaraya.

Ratusan warga Dayak yang datang ke Bundaran tersebut, mengenakan pengikat kepala berwarna merah, sebagian mereka juga menggunakan baju bermotif khas Dayak Kalteng serta berteriak khas teriakan orang Dayak. Massa sejak pagi hari sudah berkumpul di semua sudut ruang bandara dengan memakai ikat kepala merah dan ada juga yang membawa senjata tradisional seperti tombak dan mandau. Kebrutalan ratusan warga Dayak ini merangsek masuk ke dalam landasan pesawat (apron) dengan menjebol tiang pagar bandara. Massa menghadang di depan pesawat yang hanya berjarak sekitar 50 meter.

Rombongan anggota Front Pembela Islam (FPI) yang hanya berjumlah empat orang itu akhirnya tak dijinkan oleh pihak pesawat Sriwijaya turun di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Pihak keamanan bandara pun kewalahan menghadapi kebrutalan ratusan warga Dayak itu. Keamanan bandara berusaha menenangkan warga dengan segala cara termasuk meminta pihak maskapai agar tidak mendaratkan anggota Delegasi FPI ke Palangkaraya.
Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Syihab, yang tidak ikut dalam rombongan tersebut, saat dikonfirmasi di Jakarta menduga ada oknum yang sengaja memainkan kejelekan hubungan tersebut untuk memprovokasi warga Dayak dengan tujuan adu domba. Dalam hal ini, Habib menuding Gubernur dan Kapolda Kalteng terlibat dalam pengerahan warga Dayak.

“Gubernur Kalteng, Teras Narang, punya hubungan sangat buruk dengan FPI. Dua hari lalu, via media lokal, Yansen Binti, kerabat Gubernur Kalteng menebar ancaman terhadap FPI dan Kapolda Kalteng beri pernyataan tidak mau bertanggung jawab”, tegas Habib, Sabtu (11/02/2012), kepada Redaktur fpi.or.id.

Unjuk rasa penolakan kedatangan tokoh FPI ini juga terjadi Bundaran besar Palangkaraya. Ratusan pemuda Dayak mendeklarasikan berdirinya Barisan Pertahanan Masyarakat Adat Dayak Kalteng. Turut hadir dalam unjuk rasa di bundaran besar ini antara lain Wakil Sekjen Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) yang juga Sekretaris Daerah Kalimantan Tengah Siun Jarias dan Wakil Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalimantan Tengah Lukas Tingkes. Saat berorasi, Lukas Tingkes menolak FPI di Kalimantan Tengah dan tidak boleh ada kegiatannya di Kalteng. Seperti dikutip tempo.co hari ini

ORANG DAYAK NYARI GARA GARA

Organisasi Front Pembela Islam (FPI) mendapatkan penolakan keras untuk beraktivitas di wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng) dan sekitarnya. Masyarakat Dayak di Kalteng juga menolak kehadiran pendiri sekaligus pemimpin FPI, Habib Rizieq, yang berencana mengadakan tabligh akbar di Palangkaraya, Kalteng, Minggu (12/2/2012) malam.

Wakil Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng Lukas Tingkes di Palangkaraya, Sabtu (11/2/2012), mengatakan, pihak DAD telah mengirimkan surat kepada Kepolisian Daerah (Polda) Kalteng agar melarang pembentukan FPI. Pasalnya, keberadaan organisasi massa tersebut dikhawatirkan membuat masyarakat tak tenang.
Lukas juga menambahkan, pihaknya akan menurunkan spanduk yang berkaitan dengan FPI dan acara Habib Rizieq di Kalteng. Penurunan tidak dilakukan dengan cara yang anarki. "Tidak dengan kekerasan, kami akan lakukan dengan cara persuasif," ujarnya.

Ketua Gerakan Pemuda Dayak Kalteng Yansen Binti mengatakan, ia mendapatkan informasi bahwa pembentukan FPI di Kalteng akan dilakukan setidaknya di Palangkaraya, serta Kabupaten Kapuas dan Kotawaringin Timur. Organisasi massa tersebut dicemaskan dapat memicu konflik.
Sementara itu, pihak maskapai Sriwijaya dikabarkan terpaksa menurunkan 5 anggota Front Pembela Islam (FPI) di Banjarmasin. Hal ini karena anggota FPI tersebut ditolak turun di Palangkaraya oleh warga setempat. "Di palangkaraya mereka tidak mendapat sambutan yang baik. Terus diminta warga setempat untuk tidak turun di Palangkaraya," ujar Humas Sriwijaya Agus Suyono.

Agus mengaku, pihaknya tidak mau ikut campur atas kasus yang menimpa anggota FPI tersebut. Namun karena anggota FPI tersebut ditolak warga Palangkaraya, maka pihaknya melakukan hal itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. "Mereka (anggota FPI) ada acara di Palangkaraya," kata Agus.
Awalnya, menurut Agus, anggota FPI tersebut menolak. Namun setelah dijelaskan pihak Sriwijaya mereka akhirnya setuju turun di Banjarmasin.
"Penumpang lainnya kita turunkan di Palangkaraya. Tapi penumpang dari anggota itu kita turunkan di Banjarmasin," ceritanya seraya menambahkan dirinya tidak mengenal 5 anggota FPI yang naik Sriwijaya dengan nomor penerbangan 190 tersebut.
"Saya nggak tahu nama-namanya," ucap dia.

Kapolda dan Gubernur Kalteng
Dalam rilisnya, Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Syihab, yang tidak ikut dalam rombongan tersebut, saat dikonfirmasi di Jakarta menduga ada oknum yang sengaja memainkan kejelekan hubungan tersebut untuk memprovokasi warga Dayak dengan tujuan adu domba. Dalam hal ini, Habib menuding Gubernur dan Kapolda Kalteng terlibat dalam pengerahan warga Dayak.
“Gubernur Kalteng, Teras Narang, punya hubungan sangat buruk dengan FPI. Dua hari lalu, via media lokal, Yansen Binti, kerabat Gubernur Kalteng menebar ancaman terhadap FPI dan Kapolda Kalteng beri pernyataan tidak mau bertanggung jawab,” tegas Habib, Sabtu (11/02/2012).

Hal senada juga dikatakan Munarman selaku Ketua FPI Bidang Nahi Munkar itu. Menurutnya ada upaya sitematis untuk melakukan penolakan itu yang diduga dilakukan oleh Teras Narang. Ini ditunjukkan dengan adanya keterlibatan kerabat Teras Narang, Yansen A Binti, dalam memprovokasi Suku Dayak untuk menolak FPI. Munarman memposisikan Teras Narang sebagai Kafir Harbi.

"Teras Narang itu harus kita posisikan dulu statusnya. Kalau menurut fikih Islam dia itu kafir harbi," kata Munarman di Jakarta, Sabtu (11/2/2012).

Permusuhan Teras Narang terhadap Islam, diduga Munarman sebagai balas dendamnya terhadap sejumlah kasus di Jabodetabek. Mantan Direktur YLBHI itu menduga Teras Narang melihat dengan salah kasus Ciketing di Bekasi dan GKI Yasmin di Bogor. Teras Narang mungkin melihat ada peran FPI di belakang kasus-kasu gereja ilegal itu. "Jadi dia balas dendam terhadap FPI", katanya.
SUMBER ; WWW,ERAMUSLIM.COM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar