Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah menasehati ‘Abdullah ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, yang waktu itu masih berusia sekitar 12 tahun. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang pundaknya lalu bersabda:
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ
“Hiduplah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6416)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita hidup di dunia ini seperti orang asing atau pengembara. Orang yang asing, tentunya tidak memiliki tempat tinggal ketika masuk ke suatu negeri dan nyaris tidak ada yang dikenalnya. Ia juga akan berusaha keras menjaga dirinya agar tidak menimbulkan permusuhan dengan penduduknya, dan juga tidak akan bersaing dengan mereka.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan lagi yaitu dengan mengibaratkan seperti seorang pengembara, yang sedang berjalan menuju tempat tujuannya. Ia hanya sekedar lewat dan tidak akan mungkin menetap. Pengembara ini perlu mempersiapkan bekalnya agar bisa sampai ke tempat tujuannya. Ia harus mengambil bekal terbaik yang paling ia butuhkan dan tidak membebani diri dengan membawa barang yang tidak ia perlukan, sehingga tidak akan memberatkan perjalanannya. Selama mengembara, tentu ia akan men-dapatkan banyak ujian dan cobaan. Oleh karena itu, untuk bisa selamat sampai ke negeri tujuannya, ia harus benar-benar waspada dan menjauhi segala perkara yang bisa membinasakannya.
Negeri asing atau tempat pengembaraan yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah dunia, sedangkan negeri tujuannya adalah kampung akhirat.
Saudaraku rahimakumullah, hidup kita di dunia adalah kehidupan yang sementara. Kehidupan yang akan diakhiri dengan tercabutnya ruh dari jasad dan mengantarkan kita ke alam kubur yang dipenuhi dengan tanda tanya; apakah kita tergolong hamba yang berbahagia ataukah orang yang celaka. Maka bekalilah diri kita dengan takwa, sebelum tiba saatnya dimana penyesalan tiada lagi berguna. Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ (102)
“Hai orang-orang yang beriman bertak-walah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan sebagai seorang muslim.” (QS. Ali Imran: 102).
Kemuliaan manusia di sisi Allah bukan diukur dengan banyaknya harta, eloknya rupa, atau banyaknya penggemar yang memuja. Akan tetapi kemuliaan di sisi Allah adalah dengan bagusnya ketakwaan yang bersemayam di dalam dada dan diwujudkan dengan amal shalih yang dilakukan oleh anggota badannya. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ … (13)
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat : 13).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ
وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa kalian dan tidak pula memandang harta kalian, akan tetapi Allah memperhatikan hati dan amal kalian.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2564).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar