Eramuslim.com | Media Islam Rujukan,
Akhirnya
Rasulullah Saw. tiba di pinggir kota Madinah setelah menempuh
perjalanan melelahkan bersama Abu Bakar. Hijrah meninggalkan kota
kelahirannya, Mekkah. Penduduk Madinah berdesak-desakan di jalan-jalan
dan di loteng-loteng rumah menyambut kedatangan Rasul yang dicintai.
Mereka mengucapkan takbir dan tahlil sebagai ungkapan gembira bertemu
Rasulullah dan sahabatnya, Abu Bakar Shiddiq. Gadis-gadis remaja keluar
rumah membawa rebana dengan wajah penuh ceria. Mereka melantunkan nasyid
syahdu:
"Thaala'al badru 'alaina
min tsaniiyatil wadaa'
wajabaa syukru 'alaina
mada'aa lillahi daa'"
Arak-arakan
mengiringi Rasulullah yang berjalan perlahan-lahan di antara barisan
orang banyak. Ucapan takbir dan talil memenuhi langit Madinah. Kerinduan
yang selama ini mereka pendam, pecah dengan cucuran air mata bahagia.
Suasana
gembira itu merebak ke segenap pelosok kota Madinah dan sekitarnya,
menembus lembah dan bukit. Tak terkecuali pada Uqbah bin Amir Al-Juhani
yang saat itu tengah sibuk menggembalakan domba-dombanya di gurun pasir
dekat kaki bukit. Ia khawatir domba-dombanya itu mati kehausan dan
kelaparan.
Namun,
setelah ia tahu Rasulullah tiba di Madinah, Uqbah meninggalkan
domba-dombanya, dan segera menemui Rasulullah. Saat berhadapan dengan
Rasulullah Saw., Uqbah berkata, "Berkenankah Tuan membai'at saya, ya
Rasulullah?"
"Siapakah anda?" tanya Rasulullah.
Uqbah menjawab, "Saya Uqbah bin Amir Al-Juhani".
"Bai'at seperti apa yang anda kehendaki. Bai'at 'arabi atau bai'at hijrah?" tanya Rasulullah.
"Saya ingin bai'at hijrah," jawab Uqbah.
Rasululullah
membai'at Uqbah seperti bai'at kaum Muhajirin. Setelah itu, ia bermalam
di tempat beliau. Esok harinya, Uqbah kembali menggembalakan
domba-dombanya.
Uqbah
mengajak teman-temannya sesama penggembala untuk bai'ah kepada
Rasulullah. Mereka jumlahnya dua belas orang. Mereka tinggal jauh dari
keramaian kota Madinah, menggembalakan domba-dombanya di gurun-gurun dan
lembah-lembah. Salah seorang dari mereka berkata, "Tidak baik, bila
kita tidak mendatangi Rasulullah untuk belajar agama dan mendengarkan
wahyu Allah darinya. Setiap hari seorang di antara kita harus pergi ke
kota menemui beliau, dan yang tinggal harus bertanggung jawab
menggembalakan domba-dombanya."
"Baiklah,"
jawab Uqbah. "Pergilah kalian satu per satu menemui Rasulullah. Siapa
yang mendapat giliran pergi, biarlah aku yang menggembalakan dombanya.
Biarlah aku tetap tinggal di sini. Aku bisa menimba ilmu dari kalian.
Aku khawatir meninggalkan domba-dombaku kepada siapa pun."
Teman-teman
Uqbah pergi satu per satu secara bergantian menemui Rasulullah. Domba
yang ditinggalkannya dipecayakan kepada Uqbah untuk digembalakan. Setiap
kali mereka pulang, Uqbah selalu menanyakan tentang pelajaran yang baru
diterimanya dari Rasulullah.
Lama
kelamaan, Uqbah merasa rugi tidak bisa bertemu langsung dengan
Rasulullah. 'Aku tak peduli domba-domba ini makan atau tidak. Aku ingin
bertemu dengan Rasulullah,' pikirnya dalam hati. Lalu ia tinggalkan
domba-domba itu dan berangkat ke Madinah menemui Rasulullah. Di Madinah,
Uqbah tinggal di masjid di samping tempat tinggal Rasulullah.
Sejak
itu, Uqbah bin Amir Al-Juhani selalu berdampingan dengan Rasulullah
Saw. bagaikan bayang-bayang dengan orangnya. Ialah pemegang tali kendali
keledai Rasulullah dan menuntunnya kemana pun beliau pergi. Ia selalu
berjalan di depan setiap Rasulullah bepergian. Tapi, kadang-kadang
Rasulullah memboncenginya di belakang, sehingga Uqbah dijuluki "Radif
Rasulullah" (boncengan Rasulullah). Bahkan, pernah Rasulullah Saw. turun
dari keledainya dan menyilakan Uqbah mengendarai keledainya.
Suatu
ketika, Rasulullah Saw. turun dari keledainya, dan aku disuruh naik
menggantikannya. Tak lama kemudian aku turun, dan Rasulullah naik.
Beliau bertanya kepadaku, "Hai Uqbah, sukakah engkau aku ajarkan dua
buah surat yang tak ada bandingannya?"
"Tentu, ya Rasulullah!" jawabku. Lalu beliau membacakan kepadaku surat "Al-Falaq" dan "An-Naas."
Setelah
waktu shalat tiba, beliau membaca kedua surat itu dalam shalat. Beliau
berkata kepada Uqbah, "Bacalah kedua surat itu setiap engkau hendak
tidur, dan ketika bangun dari tidur." Sejak itu Uqbah selalu membaca
kedua surat itu sepanjang hidupnya. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar